1948 - 2024

Raisis Arifin Panigoro

Penasihat MedcoEnergi



Dengan rasa hormat, kami sampaikan rasa kehilangan kami atas kepergian Ibu Raisis Arifin Panigoro, Penasihat MedcoEnergi (2022-2024). Jasa dan kontribusi almarhumah selama ini menjadikan tauladan bagi kita semua.

Lanjut ke website
Masuk | Selasa, 21 Mei 2024 |

MedcoEnergi Teruskan Pengembangan Dua Proyek Utama : Proyek Gas & LNG Senoro dan Blok Area 47 Libya

Siaran Pers

2013-07-29

MedcoEnergi Teruskan Pengembangan Dua Proyek Utama : Proyek Gas & LNG Senoro dan Blok Area 47 Libya

MedcoEnergi telah mengumumkan hasil kinerja operasi dan keuangan kwartal kedua tahun 2013 ("2Q 2013"). Strategi usaha Perseroan tetap sama, dengan fokus pada usaha Eksplorasi & Produksi (E&P). Sampai dengan 2Q 2013, MedcoEnergi telah membuat kemajuan yang berarti pada pengembangan proyek utamanya. Dalam proyek gas hulu Senoro, konstruksi fasilitas produksi gas telah mencapai 21% selesai, dengan pembebasan lahan dan persiapan lokasi sepenuhnya telah selesai dan beberapa pekerjaan konstruksi sedang berlangsung. Sementara itu pengembangan proyek hilirnya, Donggi Senoro LNG, telah mencapai 88% selesai, 10% lebih cepat dari jadwal. Kedua proyek tersebut akan diselesaikan sesuai jadwal yang telah ditentukan yaitu akhir tahun depan. Di Libya, Perseroan secara resmi telah membentuk sebuah Joint Operating Company, yaitu Nafusah Oil Operations BV pada bulan Maret 2013 yang menandai
dimulainya fase pembangunan fasilitas produksi minyak Tahap-1 untuk Area 47, dengan target produksi minyak 50.000 BOPD pada akhir 2016. Selanjutnya Perseroan juga telah memperoleh perpanjangan kontrak selama dua tahun untuk pengeboran Appraisal pada 10 temuan hidrokarbon di Area 47, yang rencananya akan dilanjutkan dengan pengembangan fasilitas produksi Tahap-2. Di Indonesia, pada bulan Mei 2013, MedcoEnergi juga berhasil menemukan gas dari sumur eksplorasi Matang-1 di Blok A PSC, Aceh, dengan laju alir gas saat pengujian 25 MMSCFD dengan kandungan H2S rendah dan CO215%.

Pada akhir 2Q 2013, MedcoEnergi membukukan pendapatan dan penjualan sebesar AS$ 428,5 juta, 6,7% lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu sebesar AS$ 459,5 juta. Pendapatan dan penjualan yang lebih rendah terutama disebabkan oleh harga minyak yang lebih rendah (AS$ 108,5/bbl di tahun 2013 vs AS$ 120,8/bbl di tahun 2012) dan laju produksi minyak yang lebih rendah (26,9 MBOPD di tahun 2013 vs 30,6 MBOPD di tahun 2012). Menurunnya produksi minyak disebabkan bukan saja oleh faktor teknis seperti penurunan alamiah di beberapa lapangan minyak tua, keterlambatan lifting produksi dari suatu lapangan minyak (Bawean), tetapi juga oleh faktor non teknis, termasuk hambatan perijinan dari pemerintah daerah, pemerintah pusat, maupun karena adanya tumpang tindih lahan/wilayah operasi dengan perkebunan, pertambangan; hambatan kegiatan pengeboran di lapangan; serta masalah keamanan terkait dengan pencurian minyak di jalur pipa. Dengan kegiatan pengeboran dan workover yang akan dilakukan hingga akhir tahun ini, Perseroan dapat menahan laju penurunan terutama dari lapangan minyak yang sudah tua. Sejauh ini Perseroan telah berhasil mengurangi laju penurunan alami dari 20-25% per tahun menjadi 10-15% per tahun.

Produksi gas tetap stabil, sekitar 153,8 BBTU (billion British Thermal Unit) per hari. Perseroan telah berhasil menegosiasi ulang beberapa kontrak penjualan gas sehingga bisa meningkatkan harga rata-rata jual gas sebesar 35%, menjadi AS$ 5,17/MMBTU di 2013 (sampai akhir Juni 2013) dari AS$ 3,83/MMBTU di 2012 (sampai dengan Juni 2012). Perseroan akan terus melanjutkan usaha negosiasi ulang ini terutama untuk kontrak gas dengan harga jual gas yang masih di bawah harga pasar domestik saat ini.

Pada 2Q 2013 Perseroan dapat menurunkan total biaya produksi dan operasional sebesar 2,5%, dari AS$ 316,7 juta pada tahun 2012 menjadi AS$ 308,4 juta pada tahun 2013. Perseroan mencatat pendapatan operasi sebesar AS$ 120,2 juta dan EBITDA (laba sebelum bunga, pajak dan depresiasi/amortisasi) sebesar AS$ 166,3 juta pada 2Q 2013 ini. Untuk memperkuat keuangan dalam jangka panjang, Perseroan menghapus buku aset yang tidak menunjukkan kinerja yang positif (impairment), terutama pabrik Etanol di Lampung dan juga memasukkan pembebanan pajak yang ditangguhkan (Deferred Tax Assets atau DTA) untuk beberapa aset E&P. Sejak awal tahun ini, pabrik Etanol mengalami kesulitan operasional dalam pengadaan pasokan bahan baku yang berkesinambungan serta harga produk etanol yang saat ini sedang melemah. Secara keseluruhan, jumlah impairment dan DTA sebesar AS$ 19,2 juta untuk 2Q 2013. Dengan memperhitungkan jumlah ini, MedcoEnergi membukukan Laba Bersih (laba yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham) sebesar AS$ 5,1 juta untuk 2Q 2013.

Direktur Utama dan CEO MedcoEnergi, Lukman Mahfoedz mengatakan bahwa “Dengan kinerja Perseroan pada kwartal kedua 2013 ini, kondisi Perseroan tetap kuat. Hal ini ditunjukkan dengan keberhasilan kemajuan pengerjaan proyek utama, yaitu Proyek Senoro dan Libya. Mulai tahun depan, portofolio aset produksi Perseroan akan bertambah besar dengan dimulainya produksi gas dari Proyek Senoro. Selanjutnya akan diikuti oleh selesainya proyek utama lainnya seperti Area 47 Libya, Block A dan Rimau EOR di tahun 2016 dan seterusnya. Ini semua akan mendukung kesinambungan pertumbuhan Perseroan jangka panjang.” Lukman juga menambahkan “Saya sangat gembira dengan kemajuan Perseroan di kwartal kedua ini untuk bisnis energi terkait lainnya, utamanya pada penambangan batubara dan ketenagalistrikan. Bisnis batubara sudah mulai menyumbang pendapatan ke Perseroan sebesar AS$17,1 juta, dengan produksi total batubara mencapai 300.000 ton. Tingkat produksi yang telah diperoleh ini mendukung keyakinan kami untuk dapat mencapai target total produksi batubara sebesar 600.000 ton di akhir tahun 2013. Dalam bisnis ketenagalistrikan, Perseroan menargetkan tambahan kapasitas terpasang sekitar 17 MW dan 120 MW, masing-masing di tahun 2013 dan 2014, yang terdiri dari penyelesaian proyek penambahan kapasitas pembangkit MEB sebesar 30 MW, proyek pembangunan pembangkit baru, tenaga gas UBE 2x35MW, kedua proyek ini berlokasi di Batam, serta pembangkit tenaga listrik minihidro dengan total kapasitas 40 MW.” Lukman mengakhiri dengan harapan adanya dukungan Pemerintah Pusat dalam penyelesaikan isu-isu non-teknis pada kegiatan operasional migas di lapangan, baik terkait dengan perijinan dari pemerintah daerah maupun tumpang tindihnya wilayah operasi migas dengan perkebunan, pertambangan sehingga operasi poduksi migas dapat terus dijaga keberlangsungannya.